Binatang Yang Rakus Adalah

GMD Semua GMD/MediaArt OriginalCartographic MaterialCD-ROMChartComputer FileComputer SoftwareDigital Versatile DiscDioramaElectronic ResourceEquipmentFilmstripFlash CardGameGlobeGMDKitManuscriptMapMicroformMicroscope SlideModelMotion PictureMultimediaMusicPictureRealiaSlideSound RecordingTechnical DrawingTextTransparencyVideo Recording

Binatang Ini Adalah Penjudi Sejati

Rabu, 20 Oktober 2010 - 06:55 WIB

VIVAnews - Sifat manusia yang rela mengambil resiko untuk mendapatkan sesuatu yang lebih, ternyata juga dijumpai pada burung dara dan monyet.

Dari sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh ilmuwan dan dipublikasikan pada jurnal Royal Society B, burung dara ternyata memiliki kecenderungan untuk berjudi.

Ketika burung dara disodorkan pilihan untuk mematuk lampu tertentu yang bisa memberikan kepada mereka tiga buah pelet makanan setiap kali, dan lampu lainnya yang bisa memberikan kepada mereka 10 pelet makanan namun dengan frekuensi yang lebih jarang, ternyata burung dara lebih memilih opsi terakhir.

Oleh karenanya, walaupun pilihan mereka untuk mematuk lampu yang lebih berisiko menyebabkan mereka hanya mendapatkan pelet makanan yang 50 persen lebih sedikit, namun burung dara tetap saja memilih lampu yang lebih berisiko hingga 90 persen dari seluruh pilihannya.

Seperti dikutip dari situs Christian Science Monitor, hal ini mungkin disebabkan oleh adanya kejutan yang mereka alami. Menurut psikolog peneliti dari University of Kentucky yang melakukan riset tersebut, Thomas Zentall, ini adalah fenomena yang sama yang menjelaskan mengapa manusia penjudi mengabaikan kerugian yang mereka alami.

Alih-alih menyadari kekalahan mereka, mereka terus terfokus pada kemenangan yang sebenarnya jarang terjadi, namun justru lebih memberi efek kejutan kepada mereka. "Ini masalah pengharapan versus hasil," kata Zentall.

Ternyata perilaku seperti ini juga dijumpai pada kera. Pada 2005 Michael Platt, peneliti neurobiologi dari Medical Center, Duke University juga melakukan ujicoba menggunakan lampu yang kurang lebih sama dengan pengujian burung dara.

Malahan penelitian ini juga memasangi kabel elektroda di kepala kera di bagian otak yang menangani proses informasi dan penghargaan. Hasilnya, semakin tinggi resiko yang diberikan kepada kera, semakin tinggi aktivitas neuron yang bisa dimonitor.

"Sepertinya ini sangat-sangat mirip dengan pengalaman manusia yang merupakan para penjudi yang kompulsif," kata Platt, dikutip dari situs LiveScience.

Penelitian Platt dan Zentall menunjukkan indikasi adanya kesamaan paralel antara manusia dan binatang dalam berjudi. Zentall menambahkan, burung dara yang tinggal di lingkungan yang lebih nyaman cenderung lebih jarang mengambil pilihan beresiko daripada burung dara yang kelaparan.

Ini kurang lebih sama dengan kecenderungan manusia yang telah puas dengan kehidupannya yang biasanya tak mau ambil resiko daripada orang yang memiliki sedikit uang. (hs)

Kelelawar Aneh Ditemukan di Sumatera

Video Uang Berhamburan dari Map Seorang Pengacara

Ini Embiro Dinosarus Tertua di Dunia

Foto-foto Kemesraan Pangeran William dan Kekasihnya

Pembuat Situs Penghina Nabi Itu Adalah Anak Cendekiaran Muslim

Tiga Tahun, Pria Ini Cegukan Tiap 2 Detik

Malahan penelitian ini juga memasangi kabel elektroda di kepala kera di bagian otak yang menangani proses informasi dan penghargaan. Hasilnya, semakin tinggi resiko yang diberikan kepada kera, semakin tinggi aktivitas neuron yang bisa dimonitor.

Semut yang Rakus dan Tumpahan Madu

Semut termasuk binatang yang disebutkan dalam Alquran. Sebutan itu sebagai penanda adanya  i'tibar dan pelajaran penting yang bisa dipetik oleh kaum yang berfikir. Selain dikenal dengan kultur koloni, disiplin, kerjasama dan pekerja keras, semut dianggap sebagai hewan yang rakus.

Sikap rakusnya tampak dari kebiasaannya mengumpulkan makanan, sedang  usianya  tidaklah lebih lama dari makanan yang ia simpan. Sebagian percaya bahwa makanan yang disimpan itu untuk keperluan jangka panjang saat ada paceklik atau musim panas.

Tentang sifat yang rakus ini, ada kisah yang bagus, bahwa pada suatu hari, seokor semut menemukan setumpahan madu di atas lantai. Semut itupun mulai menikmati madu, mencicipnya lekat lekat tanpa rasa puas, hingga semut itu terjerembab atau tertarik ke dalam tumpuhan madu tadi, lalu kehabisan nafas dan mati.

Kemudian datang pula semut yang lain dengan melakukan hal yang sama. Tidak hanya puas dengan mencicip dari tepi tumpahan, tapi terus melahap madu itu, hingga bernasib sama dengan semut yang pertama tadi. Begitulah seterusnya dengan semut semut yang lain, mereka mati di tumpahan madu karena sikap rakus mereka dan tidak "belajar" dari kasus semut sebelumnya yang sudah mati lebih dahulu.

Begitulah kiranya sifat manusia terhadap dunia dan kenimatannya. Jika ia tidak berhati hati, maka kejadiannya akan sama dengan nasib si semut yang rakus.

Kisah semut di atas disampaikan oleh Ust Abd Somad dalam  Kajian tentang Berhati hati pada Dunia,  di hadapan masyarakat Malaysia awal tahun lalu, dan penulis akses dari kanal Youtubenya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Lihat Sosbud Selengkapnya